Sekilas berita - Satu tahun ibadah di Bandung

Bermula dari sekelompok orang awam yang rindu untuk mengenal Tuhan melalui firmanNya. Kami mulai belajar Firman Tuhan dari berbagai buku, kemudian mendengar pengajaran Hamba Tuhan dari berbagai denominasi yang kami pelajari karena kami lapar dan haus akan kebenaran. Kami secara rutin berkumpul untuk belajar firman dan memuji, menyembah dan berdoa. Semua Hamba Tuhan yang mengajar kami mengajarkan untuk mendengar suara Tuhan, untuk mendapatkan penglihatan, untuk mendapatkan nubutan dan peneguhan, semua dianggap sebagai karunia yang harus diraih..
Kami juga mendatangi hampir setiap KKR atau Seminar yang diadakan di kota kami. Namun sesungguhnya saat itu kami belum juga mengenal kebenaran. Apakah itu keselamatan, pertobatan, kasih karunia, semua itu samar-samar saja. Saat itu yang mengajar kami menekankan pentingnya untuk dapat mendengar suara Tuhan. Mereka sangat akrab dengan Tuhan karena setiap waktu bisa mendengar suaraNya. Sepertinya hanya mereka saja orang-orang kudus yang bisa akrab dengan Tuhan, mendengar suaraNya, mendapatkan penglihatan-penglihatan dan bernubuat tentang masa depan orang. Mereka pun memiliki mata rohani sehingga dapat melihat hal-hal rohani seperti setan-setan dan roh-roh jahat.
Kami mulai mengenal Berea setelah mengikuti retreat Berea di Sukanagalih bulan Juni 2005. Mula-mula kami tidak mengerti karena begitu dalam firman yang dibukakan dan sangat berbeda dengan konsep yang ada dalam diri kami, tetapi karena para pekerja dari gereja Berea sangat mengasihi roh jiwa kami, mereka terus melayani pertanyaan-pertanyaan kami hingga larut malam. Walaupun mereka sudah lelah dengan padatnya acara semenjak doa pagi hingga selesai acara masih mau melayani pertanyaan sampai larut malam.
Karena begitu inginnya akan pengajaran dari Berea, kami terus menerus menelpon ke Jakarta untuk mendapatkan pengajaran dari Berea, sehingga akhirnya Ibu Yohana Koh menyetujui untuk melayani kelompok kami di Bandung. Mulai bulan Agustus 2005, kami dilayani dengan Pendalaman Alkitab oleh Pdt. Junaidi Tjendra dan Pdt. Samuel S. Tarman. Secara bergantian setiap minggu beliau meluangkan waktu datang ke Bandung untuk membagikan Firman Tuhan, sehingga roh jiwa kami mulai tumbuh berkembang. Dan bukan secara kebetulan, jalan tol Cipularang mulai diujicobakan, sehingga perjalanan Jakarta – Bandung menjadi jauh lebih singkat.
Kami mulai mengikuti Akademi Berea di Karawaci mulai bulan November 2005. Banyak sekali yang kami pelajari merasakan banyak sekali yang kami peroleh dari Akademi tersebut. Walaupun kami ikut Akademi Berea, tetapi kami masih tetap beribadah di gereja kami semula. Pada suatu hari Minggu pagi, setelah selesai ibadah di gereja kami yang semula, anak-anak kami mengeluh, karena tidak merasa mendapatkan sesuatu setelah selesai ibadah, sehingga siang itu kami berangkat ke Karawaci mengikuti ibadah sore di Gereja Berea dan kami sangat bersuka cita mendengar firman dari Dr. Kim.
Dalam satu pelajaran Akademi di awal bulan Februari 2006, Dr. Kim mengajarkan mengenai pentingnya ibadah secara mendalam yang harus sesuai dengan kehendak Tuhan, harus dalam Roh dan kebenaran, bukan sesuai dengan kehendak manusia, agar tidak sia-sia ibadah kita itu. Kami yang saat itu terhenyak, sehingga di akhir pelajaran kami mengemukakan keluhan kami tersebut. Pada hari itu juga Pdt. Yohana Koh memutuskan agar kami mulai beribadah mengikuti tatacara ibadah Gereja Berea Biblikal secara mandiri dan setiap akhir bulan akan diutus Pendeta untuk mengadakan perjamuan kudus.
Maka mulailah keesokan harinya kami beribadah dengan sangat sederhana dan juga dengan perlengkapan yang sangat darurat, tetapi kami sangat bersuka cita mendengar firman Tuhan yang disampaikan oleh Dr. Kim. Ibadah pertama hanya dihadiri oleh keluarga kami sendiri, sebanyak 13 orang.
Secara bertahap jemaat terus bertambah, dan pada tanggal 11 Februari 2007 kami merayakan ibadah 1 tahun yang dipimpin langsung untuk pertama kalinya oleh pdt. Yohana koh, yang walaupun dalam kesibukannya, beliau meluangkan waktu untuk memimpin ibadah di Bandung. Ibadah kami yang biasanya dihadiri oleh 20 sampai 30 orang, pada perayaan satu tahun Ibadah dihadiri oleh 53 orang dewasa dan anak-anak
Memang untuk jiwa baru dan orang yang pertama kali ibadah dengan kami, cukup sulit untuk mendengarkan firman yang keras, karena lebih banyak orang yang menyukai firman yang enak didengar telinga. Tetapi kami percaya dengan dorongan Roh Kudus kami akan terus berkembang dan terus memberitakan Injil agar lebih banyak orang kembali ke Alkitab seutuhnya.
Dalam satu tahun kami beribadah di Gereja Berea, banyak yang kami alami, terutama kesembuhan dari beberapa jemaat. Tuhan Yesus sama dahulu sekarang dan selamanya. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu.

(Steve I. P. Pemimpin Ibadah
Gereja Berea Bandung)